Kamis, 19 Juli 2012

NUANSA MAKNA DALAM SYAIR LAGU


UNTUK KITA RENUNGKAN (Karya Ebiet G.Ade)

Kita mesti telanjang dan benar-benar besih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Ho..ho..ho
Singkirkan debu yang masih melekat 

Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Ho..ho..ho
Adalah Dia di atas segalanya

Anak-anak menjerit-jerit, asap panas membakar 
Lahar dan badai menyapu bersih

Ini bukan hukuman hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah

Memang bila kita kaji lebih jauh
dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista
ho..ho..hoo..

Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat

Ke manakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepada-Nya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari hanya runduk sujud pada-Nya


Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
Ho...ho..ho..
Berusahalah agar Dia tersenyum


Catatan apresiasi makna/isi lagu:
Lewat puisi lagu ini penyair/pengarang mengajak kepada kita untuk selalu berbenah diri menuju ke kesucian diri, baik suci lahir dan batin, menghindarkan diri dari kesalahan walau sekecil apapun sebelum kita berbicara menilai orang lain.
Lewat lagu ini pengarang mengingatkan kepada kita bahwa anugerah dan bencana adalah kehendak Allah , Tuhan yang Maha Kuasa. Kita jangan sombong, dan takabur jika mendapat anugerah. Namun, kita juga  harus tabah menjalani dengan ikhlas manakala mendapatkan ujian bencana. Bencana tersebut sebenarnya hanyalah merupakan cambuk kecil, peringatan bagi kita , agar kita sadar bahwa masih ada Dia, Tuhan yang mengawasi semua tindak-tanduk kita.
Fenomena yang melatarbelakangi terciptanya lagu ini adalah peristiwa meletusnya Gunung Galunggung di Tasik Malaya, Jawa Barat. Lagu ini sekaligus sebagai sindiran kepada oknum-oknum yang masih begitu tega berbuat nista di tengah kekalutan bencana , bertindak korup, mengorupsi dana bantuan yang mestinya disampaikan kepada masyarakat kecil korban bencana tersebut. 
Tapi Tuhan memang maha Adil, Ia telah memperhitungkan amal dan dosa yang kita perbuat. Amal baik meski sekecil buah Zarah (sak glugut pinara sasra (Jawa)) akan mendapat balasan kebaikan, dan dosa sekecil apapun akan mendapat siksa.Dan hanya kepada-Nya tempat kita kembali nanti. Untuk itu,  pegarang mengajak kepada kia untuk selalu merunduk dan sujud kepada-Nya.
Kita harus mampu memerangi nafsu diri, karena musuh terbesar kita adalah nafsu pada diri kita. Kita harus banyak bercermin, dan belajar dari kesalahan -kesalahan masa silam, dan bercermin pada kalammullah Al Qur'an) menuju kepada kesempurnaan kita sebagai umat, yaitu umat yang iman, taqwa, shaleh, yang bersedia runduk,  sujud,dan patuh kepada-Nya, sehingga kita dapat memperoleh keridho-an Allah SWT. Semoga...!