KUINGAT SLALU PESANMU PAHLAWANKU
SamidOtnayirs
Gerimis renyai bulan Mei
menggurat duka
Luka dalam yang terpendam tiga puluh dua warsa
Terkoyak kini lebar
menganga
Merintih perih Indonesia
Menangis pilu Pertiwi menahan perih luka di tubuhnya
Di atas pelangi ungu tanpa tujuh warna
Sukarno, Sang Putra Fajar Kembali mengacungkan telunjuk jarinya
Seraya berkata:
“ Mengapa kalian nodai janji suci yang dulu diikrar
bersama?
Bukankah dahulu kita, Semua
turut merajut, menyulam kata ’Bersatu’ dengan benang sutra?
Bukankah dahulu kita Semua
turut memancang tiang
mengibarkan “Merah Putih” di
dada?
Bukankah
dahulu kita Semua turut menulis dan mengeja kata ’Merdeka’
pada
buku sejarah bangsa?
Bukankah dahulu kita Semua
turut menancapkan tombak pembatas
antara Sabang - Merauke
mengukir peta Indonesia pada
atlas dunia?
Semuanya selalu, selalu bersama
dan seia sekata
Bercerai berai kalian kini,
mengapa?
Turun ke jalanan saling
mengumpat sesama
Cakar - mencakar berebut
gelar sbagai orang paling berjasa
Mengincar tahta berlagak ksatria
Ingatlah , Saudaraku !
Berstu Kita Teguh, Bercerai
Kita Runtuh
Tegak berdirilah di atas punggung Garuda
Kembangkanlah sayapnya
meninggi
Kabarkanlah kepada Dunia
Kita Satu, Indonesia”
Usai berkata Sukarno Sang Putra Fajar melambaikan tangannya
Senyum manis tersungging mengiring kepergiannya
Di atas pelangi ungu tanpa tujuh warna
Nyata benar Sukarno Putra Sang Fajar
Kehadirannya laksana cahaya penerang dalam
gulita
Ia seperti air penyejuk di kala dahaga
Ia bagai kompas penunjuk jalan nuju bahagia
Ia pemberi roh dan jiwa perjuangan hidup , nyata
Sejenak, setelah kepergiannya
Semua yang turun di jalanan
Semua yang saling mengumpat
Semua yang saling mencakar berebut gelar paling berjasa
Semua yang mengincar tahta berlagak
ksatria
Terbius diam
Kebisuan merasuki dada mereka
Dua-tiga menit penyesalan dan rasa bersalah menggunung
Menusuk-nusuk kesadaran dalam jiwa
Seuntai janji kembali terucap bersama:
’Aku, Indonesia bersatu’.
Kuingat Slalu Pesanmu Pahlawanku.
Sukoharjo,
November 2008
PADAMU
KUBERJANJI Samid Otnayirs
Bukan hanya ketika Indonesia Raya
dikumandangkan,
Bukan hanya ketika Hening Cipta
dipanjatkan
Dalam setiap langkah kaki
Dalam setiap alir darahku selalu
Kuingat dirimu pahlawan besar
Jenderal Sudirman
Desah nafasmu yang kadang
tersengal
Samar-samar masih terngiang
Paru-parumu yang tinggal sebelah
Tak pernah surutkan langkah
Dengan gagah kau tetap maju
melangkah
Kau pimpinn pasukan bergerilya
Hutan, sungai dan rawa-rawa kau
jinakkan
Bukit terjal, jurang curam
bukanlah rintangan
Deru mesiu, desing peluru
Tiada pernah surutkan nyalimu
Kau tetap maju menggempur musuhmu
Antara Ambarawa, Yogyakarta,
Priangan sampai Pacitan
Demi satu cita ”Merdeka”
Sampai akhirnya kau buahkan
kemerdekaan itu
Sampai akhirnya kau pertahankan
kemerdekaan itu
Jenderal Sudirman, Pahlawan
budiman
Maafkan generasi mudamu kini,
yang kadang
dengan lantang bertanya, ”Apa
artinya merdeka?”
yang kadang dengan congkak
berkata, ”Kita belum merdeka”
Suatu hari nanti ia kan merasa
bahwa
Tinta emas yang engkau torehkan
di setiap lembar sejarah,
Kemerdekaan yang engkau buahkan
Adalah rahmat karunia tiada tara
Padamu kuberjanji
Atur barisan di pagi hari
Kembangkan sayap garudamu
meninggi
Kabarkan ke seluruh belahan bumi
Indonesia tetap satu
Sekali merdeka tetap merdeka